Thursday 3 January 2013

Tokoh Inspirasi | Bob Sadino


Bob Sadino adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang  memulai usahanya benar benar dari    bawah  dan  bukan berasal dari keluarga wirausaha. Bob berwirausaha karena "kepepet", selepas SMA tahun 1953, ia bekerja di Unilever kemudian masuk ke Fakultas Hukum UI karena terbawa oleh  teman-temannya selama beberapa  bulan. Kemudian dia bekerja pada  McLain and Watson Coy,  sejak 1958 selama 9 tahun berkelana  di Amsterdam dan Hamburg.

Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia    berprinsip  bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk  tidak  jadi  pegawai  dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur,  kemudian  kuli  bangunan  dengan  upah  Rp  100  per. 

 Suatu  hari  seorang  temannya  mengajaknya  untuk memelihara  ayam  untuk  mengatasi depresi yang dialaminya,dari  memelihara  ayam  tsb ia terinspirasi  bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target  berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun  juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.

Pada  awalnya  sebagai  peternak  ayam, Bob menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah  tahun,  dia  sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan, dengan  kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil  mendapatkan pelanggan  orang-orang  asing  yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu. Selama  menjual  tidak jarang dia dan istrinya  dimaki-maki oleh pelanggan bahkan oleh seorang babu.  Namun  Bob segera sadar kalo dia  adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang  feodal  menjadi  servant,  yang  ia anggap  sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki.
Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga  menjadi   makanan. Om Bob pun akhirnya  merambah ke agribisnis khususnya holtikultura,  mengelola  kebun-kebun yang  banyak berisi sayur mayur konsumsi   orang-orang.

Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi. Bob percaya  bahwa  setiap  langkah sukses  selalu diimbangi kegagalan, perjalanan  wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering  berjumpalitan  dan jungkir balik dalam usahanya. Baginya  uang adalah nomer  sekian, yang penting adalah kemauan,  komitmen  tinggi,  dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.  Bob berkesimpulan bahwa saat  melaksanakan sesuatu  pikiran kita berkembang, rencana  tidak harus selalu baku  dan kaku, apa   yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan.

Dunia ini terlampau indah  untuk  dirusak, hanya  untuk  kekecewaan karena  seseorang tidak, mencapai  sesuatu  yang sudahdirencanakan. Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang  penting  adalah action. Keberhasilan  Bob  tidak  terlepas dari ketidaktahuannya  sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami  jatuh  bangun,  akhirnya  Bob trampil  dan  menguasai  bidangnya.  Proses keberhasilan  Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.

Menurut   pengamatan  Bob, banyak orang yang memulai  dari ilmu berpikir dan bertindak serba  canggih, bersikap arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang  lain. Om Bob selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan  saran dan keluhan pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya. Bob menganggap bahwa perusahaannya  adalah keluarga, semua  anggota keluarga   Kem  harus saling menghargai, tidak ada yang utama,semuanya  punya  fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.



No comments:

Post a Comment