
Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan
memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya
bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam
keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk
tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak
saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya
tertubruk dan hancur, kemudian kuli bangunan
dengan upah Rp 100 per.
Suatu hari seorang temannya
mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi
depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam tsb ia
terinspirasi bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa
mencapai target berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun juga
bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha.
Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob
menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu
setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga
kualitas dagangan, dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil
mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal
di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu. Selama menjual
tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki oleh pelanggan bahkan oleh
seorang babu. Namun Bob segera sadar kalo dia adalah pemberi
service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia
mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal
menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan
yang luar biasa yang pernah ia miliki.
Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun
juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan. Om Bob
pun akhirnya merambah ke agribisnis khususnya holtikultura,
mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur
konsumsi orang-orang.
Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di
beberapa daerah untuk memenuhi. Bob percaya bahwa setiap
langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha
tidak semulus yang dikira orang, dia sering berjumpalitan dan
jungkir balik dalam usahanya. Baginya uang adalah nomer sekian,
yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa
menemukan dan berani mengambil peluang. Bob berkesimpulan bahwa
saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana
tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita
adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan.
Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya
untuk kekecewaan karena seseorang tidak, mencapai
sesuatu yang sudahdirencanakan. Kelemahan banyak orang adalah terlalu
banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang
penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas
dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah
mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan
menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda
dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi
terampil dan professional.
Menurut pengamatan Bob, banyak orang yang
memulai dari ilmu berpikir dan bertindak serba canggih, bersikap
arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Om Bob
selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan saran dan keluhan
pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan
mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan
pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya. Bob
menganggap bahwa perusahaannya adalah keluarga, semua anggota
keluarga Kem harus saling menghargai, tidak ada yang
utama,semuanya punya fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.
No comments:
Post a Comment