
Ciputra memang
hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit fasilitas hiburan Taman
Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta -- proyek usaha Jaya Group yang cukup
menguntungkan -- telah dibangun ''Taman Impian Dunia''. Di dalamnya termasuk
''Dunia Fantasi'', ''Dunia Dongeng'', ''Dunia Sejarah'', ''Dunia Petualangan'',
dan ''Dunia Harapan''. Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia, karenanya,
dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut (reklamasi)
diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km menjadi 10,5 km.
Pada usia 12
tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie
Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara.
''Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap
terngiang di telinga,'' tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya
penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi
piaraan, sebelum berangkat ke sekolah -- dengan berjalan kaki sejauh 7 km.
Mereka hidup dari penjualan kue ibunya.
Atas jerih payah
ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada
tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur
bangunan -- berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian
Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra
meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran
Baru. ''Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen,''
tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra.
Pada tahun 1997
terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin
Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Namun dengan
prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik. Ciputra
selalu berprinsip bahwa jika kita bekerja keras dan berbuat dengan benar, Tuhan
pasti buka jalan. Dan banyak mukjizat terjadi, seperti adanya kebijakan moneter
dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia mendapat
kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group
tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan
ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.
Ciputra telah
sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde reformasi. Dia
sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama koleganya
maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan keluarganya sendiri maju. Dia sukses
menjadi contoh kehidupan sebagai seorang manusia. Memang, dia tidak menjadi
konglomerat nomor satu atau nomor dua di Indonesia, tapi dia adalah yang
TERBAIK di bidangnya: realestate.
Pada usianya yang
ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan
ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan
universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada
enterpreneurship. Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan
bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha.
No comments:
Post a Comment